Minggu, 03 Januari 2010

ETIKA MANAJER

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. Tingkatan manajer Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya. Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas: • Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman). • Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi. • Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer). Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan. Peran manajer Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Peran antarpribadi Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. 2. Peran informasional Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara. 3. Peran pengambilan keputusan Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan manajer Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya. Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah: 1. Keterampilan konseptual (conceptional skill) Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. 2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. 3. Keterampilan teknis (technical skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain. Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu: Keterampilan manajemen waktu Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan. 1. Keterampilan membuat keputusan Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar. Etika manajerial Artikel utama untuk bagian ini adalah: Etika manajerial Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin: • Perilaku terhadap karyawan • Perilaku terhadap organisasi • Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya Etika Para Manajer Pengertian Etika Kepemimpinan yang baik dalam bisnis adalah kepemimpinan yang beretika. Etika yaitu ilmu normative penuntun manusia, yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang memberi perintah pandangan, Sedangkan Menurut Griffin Etika adalah keyakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian etika Manajerial adalah standar kelayakan pengelolaan organisasiyang memenuhi kriteria etika yang akan dijelaskan kemudian. Menurut data dari Gathering Analysis Pengumpulan Data (Griffin, 2002) mengenai tindakan atau kegiatan yang dilakukan, apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan memenuhi 4 kriteria dalam etika yakni: 1. Manfaat : Apakah tindakan yang diambil oleh para manajer memberikan kepuasan atau manfaat bagi semua pihak. 2. Pemenuhan Hak : Apakah tindakan yang dilakukan menjamin terpenuhinya dan terpeliharanya hak-hak dari semua pihak? 3. Keadilan : Apakah tindakan yang diambil adil bagi semua pihak 4. Pemeliharaan : Apakah tindakan yang dilakukan konsisten dengan tanggung jawab pemeliharaan dalam berbagai hal? 2Pandangan tentang Etika Ada empat sudut pandang mengenai etika bisnis, yakni: a. Pandangan Utilitarian keputusan-keputusan yang dibuat hanya berdasarkan hasil-hasilnya atau akibat-akibatnya. Di satu pihak, utilitarianisme mendorong efesiensi dan produktivitas dan sesuai dengan sasaran memaksimalkan laba. Namun di lain pihak, pandangan ini menyebabkan hak-hak sejumlahorang yang berkepentingan menjadi terabaikan. b. Pandangan Hak-Hak tentang Etika Pandangan ini perduli terhadap penghormatan dan perlindungan hak-hak dan kebebasan individu, termasuk hak berbicara, hak terhadap kerahasiaan. Segi positif pandangan ini adalah bahwa sudut pandang ini melindungi kerahasiaan dan kebebasan individu-individu. Segi negatifnya adalah hambatan terhadap produktivitas dan efisiensiyang tinggi karena dapat menciptakan iklimkerja yang lebih memperhatikan perlindungan hak-hak individu daripada menyelesaikan pekerjaan. c. Pandangan Teori Keadilan tentang Etika Pandangan ini menuntut para manajer untuk menerapkan peraturan-peraturan secara adil dan tidak memihak. Segi positif pandangan iniadalah kepentingan-kepentingan pihak yang berkepentingan menjadi terlindungi. Segi negatifnya adalah karena haknya sudah terpenuhi, maka para karyawan cenderung akan menjadi enggan untuk berinovasi. d. Pandangan Teori Kontrak Sosial Terpadu Pandangan ini mengusulkan agar keputusan-keputusan yang diambil sebaiknya dibuat berdasarkan faktor-faktor empiris (apa yang ada) dan faktor-faktor yang normatif (apa yang seharusnya). Pandangan etika ini menyarankan para manajer harus melihat norma-norma yang ada di industri-industri dan perusahaan-perusahaan untuk menentukan apa yang merupakan tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang benar atau salah. Prinsip – prinsip dan Unsur etika bisnis Prinsip umum etika bisnis Secara umum, prinsip- prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Demikian pula prinsip-prinsip itu sangat erat terkait dengan system nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat. Begitu Pula, prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh system nilai masyarakat kita. Prinsip – prinsip tersebut adalah: a. Prinsip otonomi. Otonomi adalah sikap dankemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnyabaik untuk dilakukan. Orang bisnis yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. b. Prinsip kejujuran. Bisnis tidak dapat bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan pada prinsip kejujuran. Dan sesungguhnya para manajer sadar dan mengaku bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya, termasuk untuk bertahan dalam jangka panjang, dalam suasana bisnis penuh persaingan yang ketat. c. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuaidengan criteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian pula, prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis, entah dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. d. Prinsip Saling menguntungkan. Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. e. Prinsip integritas moral. Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan. Dalam bisnis, kebanyakan pertanyaan etika termasuk dalam salah satu atau beberapa dari empat kategori, yaitu : 1. Sosial ( Masyarakat ), masalah Apartheid di Afrika adalah salah satu pertanyaan tingkat sosial. Apakah benar secara etika mempunyai system sosial yang sekelompok orang. 2. Pihak yang berkepentingan, jenis pertanyaan etika ini menyangkut pihak yang berkepentingan seperti pemasok, pelanggan, pemegang saham dan lain-lain. Disini mengajukan pertanyaan mengenai cara sebuah perusahaan seharusnya menangani kelompok eksternal yang terpengaruh oleh keputusanya, disamping bagaimana pihak yang berkepentingan seharusnya berhubungan dengan perusahaan. 3. Kebijakan Internal, pertanyaan disini mengenai sifat hubungan perusahaan dengan para karyawannya. Kontrak perjanjian kerja yang seperti apa yang adil, apa yang menjadi kewajiban bersama dari manajer dan pekerjaan, apa hak yang dimiliki karyawan dan sebagainya. 4. Inidvidual ( Pribadi ), disini kita mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana orang seharusnya saling memperlakukan di dalam sebuah organisasi. Apakah kita harus saling bersikap jujur apapun konsekuensinya, apa kewajiban yang kita punyai baik sebagai manusia maupun sebagai pekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar